Perawatan Paliatif Berikan Kehidupan Berkualitas Hingga Akhir Hayat

Naomi / CANTIQQU

Saat ini di masyarakat semakin banyak ditemukan kasus penyakit, kronik yang membutuhkan perawatan jangka panjang. Hingga kebutuhan akan perawatan paliatif semakin besar. Perawatan paliatif tidak sekadar memberikan perawatan fisik, tetapi juga psikologis, sosial, dan spiritual bagi pasien.

Lewat perawatan paliatif, pasien dan keluarga diharapkan bisa menghadapi kematian secara lebih baik.

”Pada late stadium (stadium akhir), saat kemampuan manusia sudah terbatas sehingga pengobatan yang diberikan tidak bisa memberikan hasil yang signifikan, di situlah perawatan paliatif diberikan. Paliatif ini punya peran agar kita bisa mempersiapkan seburuk-buruknya kondisi, yakni kematian,” ujarnya saat ditemui di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakarta, Senin (2/12).

Guru Besar Tetap Program Studi Onkologi Radiasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad(K) mengatakan, perawatan paliatif dibutuhkan untuk memberikan kehidupan yang lebih berkualitas pada pasien sampai akhir hayat.

“Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyembuhkan, tetapi memberikan kenyamanan, perawatan suportif, serta manajemen pada gejala yang dialami,” ujarnya.

Dengan begitu, pasien bisa mendapatkan kualitas hidup (quality of life), serta kualitas kematian (quality of death) yang lebih baik. Pada kondisi ini, pasien bisa meninggal dengan tenang dan keluarga pun lebih siap untuk ditinggalkan.

Sayangnya, perawatan paliatif masih sering dikesampingkan, sementara kebutuhannya terus meningkat seiring dengan kondisi penuaan populasi, serta beban penyakit menular dan tidak menular yang semakin besar.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020 menyebutkan, ada sekitar 56,8 juta orang, termasuk 25,7 juta orang di tahun terakhir kehidupannya yang membutuhkan perawatan paliatif. Namun, hanya sekitar 14 persen di antaranya yang menerima perawatan tersebut.

BACA JUGA: Tidak Hanya Anak, Pneumonia juga Beresiko Tinggi Pada Orang Dewasa dan Lansia

Perawatan paliatif diperlukan untuk berbagai penyakit. Sebagian besar orang dewasa yang membutuhkan perawatan paliatif memiliki penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular (38,5%), kanker (34%), penyakit pernapasan kronis (10,3%), AIDS (5,7%), dan diabetes (4,6%). Kondisi lain yang juga membutuhkan perawatan paliatif seperti gagal ginjal, stroke, penyakit hati kronis, demensia, dan tuberkulosis.

Pasien kanker merupakan kelompok yang paling besar membutuhkan perawatan paliatif. Paliatif untuk pasien kanker dilakukan di sepanjang cancer journey-nya, men-support pasien dalam menjalani berbagai pengobatan yang harus diterima untuk penyembuhan penyakitnya, bersifat multi disiplin.

Salah satu yang paling efektif dan efisien adalah radioterapi, untuk meredakan nyeri, mengatasi perdarahan, dan juga obstruksi pada pasien kanker. Sehingga, penting sekali untuk memastikan radioterapi diberikan secara tepat, aman, berkualitas, dan terjangkau oleh para pasien kanker yang membutuhkan.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan psikosomatik paliatif RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Edward Faisal, Sp.PD-KPPD menuturkan, keterbatasan sumber daya menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam pelayanan paliatif di masyarakat. Saat ini, dokter spesialis konsultan psikosomatik paliatif di Indonesia hanya ada sekitar 15 orang.

Untuk itu, pelatihan dan penguatan sumber daya kesehatan diperlukan agar pelayanan paliatif bisa lebih banyak menjangkau masyarakat. Kebutuhan layanan paliatif sebenarnya tidak hanya untuk pasien pada stadium lanjut.

Perawatan paliatif seharusnya diberikan sejak awal diagnosis penyakit. Dengan dilakukan sejak dini, dapat mengurangi rawat inap yang tidak perlu serta penggunaan layanan kesehatan di rumah sakit.

Dalam memberikan perawatan paliatif melibatkan berbagai bidang keahlian. Untuk pasien kanker, misalnya, membutuhkan peran dari ahli di departemen psikiatri, departemen rehab-medik, radioterapi, dan onkologi. Selain itu, pekerja sosial dan rohaniwan juga bisa terlibat. Ini termasuk pada masyarakat, pasien, dan keluarga.

”Jadi, semua memiliki peran sehingga kesadaran akan kebutuhan perawatan paliatif perlu terus ditingkatkan,” ujar Edward.