Aktris Rania Putrisari ikut berpartisipasi dalam kampanye global ’16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan’ yang berlangsung dari 25 November hingga 10 Desember setiap tahunnya.
Rania tampil lewat aktingnya sebagai Naya, korban KDRT yang berjuang melawan trauma untuk melanjutkan hidup dalam film pendek bertajuk ‘Dunia Tanpa Luka’, yang digagas oleh Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi (KPPB).
Film ini berkisah tentang perjuangan seorang perempuan bernama Naya, menghadapi kekerasan domestik. Film ini memberikan pesan mendalam, bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk bermimpi, bangkit dan hidup tanpa kekerasan. Peran Naya meninggalkan bekas mendalam padanya usai syuting.
“Aku kaget shootingnya tuh draining banget. Karena semua scene berat gitu. Jadi kayak aku harus bener-bener nge-save energy,” jelas Rania Putrisari di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Tidak mudah bagi aktris berusia 31 tahun ini, untuk bisa mendalami perannya sebagai korban kekerasan. Saat dilokasi syuting, dia memilih untuk menyendiri daripada bergaul dengan pemain maupun kru.
“Seperti aku bilang, syuting ini mentally drained ya, karena kan beban banget jadi Naya ini. Pas lagi syuting aku tidak terlalu banyak ngomong sama orang,” ujarnya. “Apalagi aku kan introvert. Mungkin orang kayak ngeliatnya, ih Rania enggak mau ngobrol sama orang, padahal aku lagi pendalaman karakter juga,” imbuhnya.
Kondisi psikis Rania pun sempat terbawa karakter Naya usai syuting. Seperti korban KDRT yang sesungguhnya, setiap mendengar suara orang berteriak atau bicara dengan nada tinggi, tubuhnya langsung gemeteran.
“Meskipun syutingnya cepet, tapi jadi experience yang enggak akan terlupakan sih. Lewat film ini, kedepannya bisa buat orang aware terhadap kekerasan, korban pun bisa speak up,” jelas pemain Film ‘Surat Cinta Untuk Kartini’.
Setelah syuting, Rania melihat ada luka lebam di tubuhnya. Dia memperkirakan, lebam tersebut akibat adegan pukulan yang dilakukan pemeran suaminya.
“Setelah syuting ternyata ada bekas lebam gitu. Mungkin sebenarnya yang jadi pemeran suami aku engga sengaja juga ya. Muncul lebamnya itu dua atau tiga hari setelah syuting. Kupikir, karena aku habis selesai syuting, aku kan ikut kompetisi olahraga ternyata enggak juga,” kenang Rania Putrisari.

Pemutaran perdana film arahan sutradara Bedjo Soelaksono tersebut, dilakukan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (17/12/2024) sebagai pembuka rangkaiana acara bertajuk “Dunia Tanpa Luka” yang digagas oleh Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi (KPPB).
“Dunia Tanpa Luka dirancang untuk memberikan edukasi, meningkatkan kesadaran, serta mendorong tindakan nyata dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak,” jelas Meiline Tenardi, selaku Founder KPPB di kesempatan yang sama.
“Melalui acara ini, kami ingin menyampaikan pesan bahwa kekerasan tidak boleh dibiarkan dalam bentuk apa pun. Dengan menghormati dan menghargai diri sendiri, kita dapat menjadi agen perubahan untuk menghentikan kekerasan dan membangun masa depan yang lebih aman, adil, dan merendahkan,’ lanjutnya.
Setelah pemutaran film, dilanjutkan dengan talkshow inspiratif yang menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, yaitu Rieke Diah Pitaloka (Anggota DPR dan aktivis perempuan), Ratih Ibrahim (psikolog klinis), Valentina Sagala (lawyer dan aktivis hak perempuan), Petty S. Fatimah (komunikator dan spesialis pemberdayaan perempuan).
Dalam diskusi, para narasumber membahas berbagai topik, mulai dari tanda-tanda kekerasan, dampaknya hingga langkah konkret untuk mencegah kekerasan dan mendukung korban. (*/rez)
Leave a Reply