Makin banyak penderita mata kering atau dry eye, yang diakibatkan lamanya menatap layar elektronik seperti komputer dan gawai. Bersifat multifaktorial, dry eye merupakan kondisi permukaan mata tidak normal, ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata, adanya ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.
Penderita dry eye mengalami kondisi mata yang tidak nyaman, seperti mengganjal, sering merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, serta kerap mengucek mata.
Namun, mata kering sering kali tidak disadari oleh penderitanya. Padahal kondisi tersebut jika tidak segera ditangani, bisa menimbulkan peradangan, yang kemudian mengakibatkan kerusakan permukaan mata yang bersifat ringan hingga berat, temporer ataupun permanen. Anak- anak pun tak luput dari ancaman mata kering ini.
“Kita semua tahu dan melihat langsung, kalau saat ini anak-anak sudah tidak bisa dipisahkan dari televisi maupun ponsel pintar. Bahkan, data dari BPS 2023 menunjukan, sebesar 38,92 persen anak usia 0 sampai enam tahun telah menggunakan telepon seluler,” ujar Dr. Niluh Archi S. R., SpM, Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics.
BACA JUGA: Sehat Pencernaannya, Optimal Tumbuh Kembangnya!
Menurut data, anak-anak yang mengalami mata kering, menghabiskan rata-rata 3,18 jam per hari untuk menggunakan/menatap gadget.
“Karena anak aktif screen time setiap hari, ini menjadi pemicu anak mengalami mata kering. Kondisi ini jangan dianggap sepele, karena apabila dibiarkan terus menerus, bisa berakibat fatal,” ungkap Dr. Niluh saat kegiatan JEC Eye Talks tentang Waspada Mata Kering pada Anak, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dr. Niluh mengatakan, “Screen time yang berlebih, dapat memengaruhi dinamika berkedip anak, seperti berkurangnya frekuensi dan kelengkapan berkedip. Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus dry eye.”
Leave a Reply