Kontes kecantikan (beauty pageant) yang biasanya menilai penampilan fisik para pesertanya—dan tentu juga kecerdasannya menjawab pertanyaan dan bagaimana menyikapi sebuah permasalahan—tidak berlaku dalam kontes kecantikan yang satu ini.
Diluncurkan pada bulan April tahun ini oleh Fanvue—sebuah platform daring berbasis langganan dari Inggris untuk para kreator—kontes bernama Miss AI Pageant ini menjadi kontes kecantikan AI pertama di dunia, dan terbuka untuk mereka yang berusia di atas 18 tahun.
Kontes kecantikan ini menampilkan finalis-finalis yang seluruhnya diciptakan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan penilaian tidak hanya didasarkan pada penampilan saja. Kontes ini berhasil menarik 1.500 kiriman gambar perempuan, yang dihasilkan oleh AI dari seluruh dunia. Para peserta yang dihasilkan AI ini memiliki visual, persona, dan profil yang sepenuhnya fiktif, yang dibuat oleh para pembuatnya.
| Baca Juga : 56 ‘Evolusi’ Outfits Jennifer Lopez di Red Carpet
Selain penampilan, kecerdasan juga menjadi faktor penting dalam penilaian pemenangnya. Para peserta mungkin akan diberikan pertanyaan seperti, “Bagaimana Anda akan mewujudkan perdamaian dunia?” untuk menilai kemampuan berpikir dan intelektualitas mereka.
Selain itu, kemampuan teknis dalam menciptakan visual dengan detail yang bagus, dan bagaimana pengaruhnya di media sosial—dilihat dari interaksi dengan followers dan pertumbuhan audiens—juga menjadi faktor kunci dalam memenangkan kompetisi ini.
| Baca Juga : 15 Istilah dalam Makeup yang Wajib Kamu Tahu!
Sepuluh finalis yang berhasil lolos seleksi, berasal dari latar belakang dan negara yang beragam, seperti India, Maroko, Rumania, Turki, dan Prancis. Mereka juga memposisikan dirinya dalam berbagai profesi fiktif di media sosial, mulai dari DJ, pilot hingga pembalap mobil dan aktivis.
Misalnya saja Kenza Layli dari Maroko, yang memiliki follower mencapai 197.000 di Instagram, menjadikannya salah satu finalis paling populer. Konten yang diunggah sangat terkait dengan masyarakat Maroko, dan berkontribusinya pada pemberdayaan perempuan di Maroko dan Timur Tengah.
Di Instagram, Kenza aktif dalam isu-isu sosial, dengan postingan yang menunjukkan dirinya mengibarkan bendera, berpartisipasi dalam olahraga motor, dan mengunjungi perpustakaan. Lebih daripada itu, kreatornya bahkan mengembangkan chatbot, agar Kenza dapat berinteraksi dengan penggemarnya secara real-time.
| Baca Juga : Apa Arti Kata “Rizz”? Istilah Baru yang Ramai di Kalangan Gen Z
Ada juga Anne kerdi dari Prancis, yang mempromosikan Brittany, sebuah wilayah di Prancis. Atau Aiyana Rainbow dari Romania, seorang biker dan DJ yang memperjuangkan hak-hak LGBT untuk bisa diterima di masyarakat.
Selain itu juga ada Seren Ay dari Turki, yang memiliki lebih dari 17.000 follower. Ia mencitrakan dirinya sebagai seorang perempuan yang melakukan pekerjaan yang umumnya dilakukan laki-laki, seperti pilot pesawat tempur dan teknisi listrik. Terkadang ia juga memposting dirinya bersama dengan tokoh lain seperti dinosaurus atau presiden pertama Turki, Mustafa Kemal Atatürk.
Menurut laporan MailOnline, tiga kontestan teratas akan berbagi hadiah sebesar US$20.000 atau sekitar Rp.330 juta. Sementara pemenang Miss AI, kreatornya akan membawa pulang uang tunai tambahan sebesar US$5.000 atau sekitar Rp.82 juta.
Will Monange sebagai salah satu pendiri Fanvuw mengatakan kepada Petapixel, bahwa ia berharap World AI Creator Awards (WAICA) akan bisa menjadi Oscar di dunia inovasi AI.
Kontes kecantikan AI ini membuka perspektif baru dalam dunia kecantikan, menunjukkan bahwa teknologi AI dapat menciptakan sesuatu yang indah sekaligus menginspirasi. (*/rez)
Leave a Reply