The Marvels dan The Flash Bikin Disney-Warner Bros. Menangis

Universe yang sudah berkembang, Hero yang tidak hanya satu, konsep multiverse yang diusung, tak membuat kedua film ini terbang tinggi.
Carol Danvers (Brie Larson) dalam salah satu adegan di The Marvels, saat dirinya terlempar ke rumah Kama Khan (Iman Vellani) di Bumi. Foto: Dok. Disney - Marvel

Tiga hero—Carol Danvers, Kamala Khan dan Monica Rambeau—dalam satu film, ternyata tak cukup kuat untuk bisa membawa The Marvels (2023) terbang tinggi. Bahkan untuk mengalahkan film pertamanya saja, tak sanggup.

Tentu ini jadi tamparan keras untuk Disney, mengingat budget yang mereka keluarkan untuk pembuatan The Marvels hampir satu setengah kali lipat lebih besar dibanding untuk Captain Marvel (2019). Dan angka tersebut belum termasuk biaya untuk promosi, dan yang lainnya.

Mengutip IMDB, Disney mengeluarkan dana sebesar $160 juta untuk pembuatan Captain Marvel dan berhasil mengantongi pemasukan hampir $1,2 miliar. Sementara untuk The Marvels, dengan dana sebesar $220 juta, film tersebut hanya mampu mengantongi sekitar $206 juta.

Meski mereka juga mendapat pemasukan dari home entertainment rentals and purchases sebesar $40 juta, dan layanan streaming sebesar $90 juta, tetap tak bisa mengembalikan modal mereka yang mencapai angka $400 juta. Padahal angka tersebut sudah dikurangi subsidi $55 juta, yang mereka dapat dari Inggris saat syuting di sana. Total sekitar $237 juta, jumlah kerugian yang harus ditanggung Disney untuk The Marvels.

Tentu fakta ini membuat Disney ‘menangis’. Karena jika dibandingkan, The Marvels punya banyak ‘keuntungan’ dibanding film pertama. Mulai dari universe yang sudah berkembang, tokoh utama yang tidak hanya satu, adanya koneksi dengan film Marvel yang lain dengan munculnya King Valkyrie, keikutsertaan Park Seo-joon yang diharapkan bisa menggaet lebih banyak penonton Korea, serta multiverse dengan kemunculan beberapa anggota X-Men.

| Baca Juga: 10 Drakor Pilihan untuk Menemanimu di Bulan Mei 

Beberapa film Disney yang lain juga masuk dalam deretan film yang gagal di box office tahun 2023. Seperti diantaranya, Wish (2023) dan Haunted Mansion (2023). Namun The Marvels, menempati posisi teratas dalam daftar tersebut. Bahkan, film ini juga mengalahkan semua film besar lainnya yang juga gagal di tahun itu, termasuk The Flash.

The Flash Tempati Urutan Kedua

Beralih ke rivalnya, film DC The Flash (2023) duduki posisi kedua sebagai film tergagal di box office tahun 2023. The Flash dilaporkan membuat Warner Bros. Discovery mengalami kerugian mencapai $155 juta.

Warner Bros. harus mengeluarkan dana sekitar $405 juta untuk The Flash. Angka tersebut mencakup $200 juta untuk biaya pembuatan, $120 juta untuk pemasaran, $25 juta untuk biaya residu dan distribusi lainnya, ditambah lagi biaya bunga dan overhead yang membengkak.

Dengan modal tersebut, The Flash hanya mampu meraup $271,3 juta dari penjualan tiket di bioskop di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, pendapatan teatrikalnya mencapai $115 juta. Film ini juga mendapat pemasukan tambahan sebesar $50 juta dari sewa, dan $85 juta dari TV dan layanan streaming. Jadi, total pendapatannya menjadi $250 juta.

Setelah mengurangkan jumlah itu dari total biaya, Warner Bros. mengalami kerugian $155 juta, meskipun angka ini lebih rendah dari perkiraan awal yang dilaporkan. Namun tetap saja, hal ini membuat Warner Bros. harus menelan kekecewaan.

| Baca Juga: Harta Tahta Raisa: Ah… Jangan Deh, Takut, Malu

Tidak jauh beda dengan The Marvels, The Flash juga punya banyak keuntungan, mulai dari universe yang berkembang, koneksinya dengan Justice League, konsep mutiverse yang mereka usung yang memungkinkan Barry bertemu dengan Bruce Wayne (versi Michael Keaton) dan Kara Zor-El (Sasha Calle), sepupu Superman.

Bahkan, Barry juga bertemu dengan Bruce Wayne versi George Clooney, dan itu belum termasuk cameo-cameo lain yang ikut meramaikan film ini.

Lalu apa yang menyebabkan dua film besar ini gagal? Apa karena alur cerita yang kurang menarik? Atau penonton sudah mulai bosan dengan film superhero, yang setidaknya satu dekade terakhir ini ‘menyerbu’ layar lebar? Ataukah ada faktor yang lain? (*)